Wednesday, January 10, 2018

Definisi "Membagi Kebahagiaan"

Sering kali ketika saya membuka-buka instagram, tanpa sengaja melihat account IG seseorang dengan sengaja memposting foto-foto anaknya. Memang kebanyakan yang di posting anaknya menggemaskan, badannya gemol dan pakaian yang dikenakan si anak bagus-bagus. Ada yang dengan selalu menggunakan hijab anaknya, ada yang sekedar kegiatan sehari-hari si buah hati, bahkan ada yang menurut saya terlalu berlebihan dalam mendandadi anaknya yang masih batita dengan atribut perhiasan emas (mengenakan gelang, cincin, kalung dari emas).

Tujuan orang tua anak-anak ini macam-macam.
■ Ada yang sengaja mendandani anaknya dengan pakaian bagus-bagus karena memang orang tuanya berdagang pakaian anak dan si anak digunakan sebagai model
■ Ada yang 'hanya' ingin mengcapture setiap moment tumbuh kembang si anak dan dishare melalui medsos, karena kebetulan anaknya lucu maka follower membludak hingga si anak mendadak jadi selebgram hingga akhirnya akun tersebut kebanjiran endorse
■ Ada yang orang tua nya memang selebriti hingga anak nya ikut menjadi tenar (entah tujuan si ortu ingin mengeksploitasi anak supaya bisa ikutan kebanjiran job atau memang sekedar pamer), hingga kadang ada yang tumbuh kembang anaknya menjadi panutan emak-emak sejagad socmed

Dan masih banyak lagi alasan orang tua memposting foto-foto si buah hati di socmed.



Ada seorang kenalan suatu saat memposting foto suami dan anak nya sedang tidur bersama. Seringnya sih dengan pose sama antara ayah dan anak, dalam caption biasanya ditulis "Like father like son / daughter".
Tapi kenalan saya itu suatu saat memposting foto suami dan anaknya, yang mana si suami menurut saya pose nya sangat memalukan. Si suami tidur terlentang dengan kaos dibagian perut terbuka, sementara si anak tidur tengkurap di atas perut suaminya.
Banyak saudara dan kenalan teman saya itu berkomentar lucu atau hanya sekedar memberi emoticon ketawa. Tapi saat itu saya hanya berkomentar lain, "Kasihan mba, suaminya, entar malu lho" dan teman saya itu menjawab, "habisnya lucu sih, makanya aku foto, paling nggak bisa membagi kebahagiaan dengan orang lain".

Sebentar...
"Membagi kebahagiaan?"
Disini mana yang dimaksud membagi kebahagiaan itu?...
》Dengan memposting pose lucu suami dan anaknya itu? Apa dengan memposting "hal memalukan" begitu bisa membuat orang lain bahagia?
》Atau si istri bahagia karena suaminya dipermalukan orang lain?
》Apa si istri tidak khawatir dampak akibat postingannya itu dilihat rekan kerja suaminya?
》Bagaimana kalau mahasiswa nya sampai melihat postingan dosennya? (Kebetulan si suami bekerja sebagai dosen)

"Akhir-akhir ini hal-hal yang tidak layak diposting sering jadi bagian konsumsi publik"

Pikir dulu sebelum memposting
Sejak dahulu sebelum memposting sesuatu, saya selalu berfikir ulang. Apakah postingan saya tidak merugikan atau mempermalukan orang lain?
Bahkan sekedar postingan tulisan di blog, saya selalu membaca lagi berulang ulang sebelum fix mempostingnya. Yang di khawatirkan, tulisan saya bakal jadi boomerang dikemudian hari nanti, jikalau menyinggung pihak pihak tertentu.

Satu aturan yang diterapkan abi buat saya: "jangan pernah memposting foto manusia"
Jadi begitu saya membuat akun instagram, abi mewanti wanti saya jangan sampai memposting foto foto pribadi. Kalau pun iya, bagian wajah saya sensor. Karena akun instagram bisa diakses ke seluruh dunia, masa enak foto foto pribadi jadi konsumsi publik?

Di private dong akun nya!
Engga seru cint... tujuan instagram itu apa? Untuk pamer foto kan? Lagi pula saya follow akun macam uploadkompakan & motogenik yang mewajibkan followernya unlock akun.
Terus, akun instagram yang pamer foto rumah tapi caption nya ditulis: "tidak untuk riya hanya untuk sekedar berbagi inspirasi", bagaimana tuh ya...
Mbuh laah... terserah... *grin


No comments: