Thursday, January 11, 2018

Trendsetter Sunat Batita

Bagi emak-emak yang memiliki anak laki-laki hal yang paling mendebarkan adalah "ketika anak sunat"... (menurut saya lho)

Sudah sering "sunat" menjadi perbincangan saya dengan abi. Umur berapa kira-kira anak sunat? Kapan? Mau sunat dimana di Karawang atau di Malang?
Akhirnya tak lama setelah perbincangan itu, mau tak mau kami pun menyunatkan bang Acid.

Alhamdulillah bulan Desember tahun lalu bang Acid sunat!

Bermula dari hari minggu sore tanggal 10 Desember 2017, tiba-tiba saja bang Acid mengeluh sakit saat usai pipis saya cebokin. Saya tanya sebelah mana yang sakit, jawab dia didaerah penis. Saya lihat memang agak menggembung daerah situ. Tapi saya belum kepikiran apa-apa saat itu.

Esoknya saya lihat makin menggembung dan agak merah. Setiap usai pipis saya cebokin, dia semakin menangis. Jadi sakit nya bukan saat akan pipis, tapi usai pipis. Semakin siang, saya lihat semakin menggembung dan berwarna merah. Bang Acid makin rewel dan saya makin panik (panik karena saat itu saya hamil tua bingung bagaimana saya berangkat ke rumah sakit tanpa abi dan sedang ada tukang benahin rumah).

Telfon ke orang tua malah dimarahin. Kata ibu saya itu ada penyumbatan di saluran kencingnya, kemungkinan besar akibat cebok kurang bersih. Kurang bersih bagaimana? Agak tersinggung saya (hehe). Ternyata cara cebokin anak laki-laki itu bagian ujung penis yang ada kulit berlipat harus dibuka, ditarik peran-pelan ke atas sampai bagian lipatan kulit terbuka semua, terus dicebokin pelan-pelan. Lanjut ibu saya Harus segera dibawa ke IGD. Saya bingung bagaimana bawanya ke IGD karena abi masih di kantor, baru bisa bawa sore hari. Kata ibu saya naik takol (alhamdulillah sudah hampir setahun ada taksi online di karawang).

Akhirnya dengan kekuatan emak hamil tua yang mulai lemot karena sering ngos-ngosan, saya order takol. Saat naik takol, supir takol mengira saya mau lahiran saat saya bilang minta diturunkan di IGD. Pun sama saat saya masuk IGD. Suster dan dokter jaga mengira saya sudah bukaan, malah ada yang menawari saya kursi roda *bhakakak.

Kata dokter, itu fimosis alias penyumbatan. Jalan satu-satunya ya disunat. Saya sih oke saat dokter menyarankan sunat pada anak saya, setuju banget malah. Rumah sakit langsung menghubungi dokter spesialis bedah. Agak kaget saya sewaktu suster dan dokter jaga bilang sunatnya dengan bius total dan ditangani dokter spesialis bedah karena setahu saya, sunat cukup bius lokal dan dokter umum pun bisa menangani. Ternyata karena ada pembengkakan jadi harus ditangani dokter spesialis bedah begitu jawaban dari rumah sakit, sedangkan bius total karena prosedur asuransi begitu. Yawes lah yang penting anak saya bisa segera sembuh.

Jadi hari itu juga, bang Acid yang masih lincah-lincahnya karena sakitnya tidak dirasa (karena bukan demam), dipaksa harus diinfus. Rawat inap nya pun sementara di kelas vvip karena kelas vip penuh (rezeki anak sholeh *grin). Sore itu saat dokter spesialis bedah visit, beliau mengabarkan bahwa malam itu juga sekitar jam 21.00 bisa langsung disunat. Jadi bang Acid harus puasa dulu (alhamdulillah sebelum dokter visit sudah saya suapi dengan bekal nasi yang saya bawa dari rumah, akhirnya jatah makan dari rumah sakit buat saya, hahaha).

Abi baru sampai rumah sakit sebelum maghrib. Jadi sejak siang saya datang ke IGD sampai mengurus administrasi rawat inap, saya yang mengurus semua. Begitu abi datang, bang Acid heboh saking senengnya sampai lupa kalau dia di infus. Tapi sempat tidur selama dua jam sebelum masuk kamar OK.

Sekitar jam 21.30-22.00, suster datang menjemput mau dibawa ke ruang Ok. Kebetulan pas bang Acid baru bangun tidur. Dengan muka bantal dinaikkan ke kursi roda. Sebelum masuk kamar OK diganti dulu dengan baju hijau nya kamar operasi. Disitu saya terenyuh... terutama ketika dokter anastesi menyuntikkan bius ke tubuhnya dan semenit kemudian dia pingsan dibopong masuk ke kamar OK. Saya benar-benar merasa tidak tega. Itu kali pertamanya ia seorang diri tanpa didampingi orang tua diantara orang-orang asing.

Operasi tidak lama, kurang lebih sekitar 20 menit. Total kurang lebih 30 menit sampai menunggu siuman. Kursi ruang tunggu kurang nyaman untuk ibu hamil tua seperti saya kala itu, saya lebih memilih istirahat di kamar inap. Rasanya baru beberapa menit leyehan sambil chat whatsapp ke mami dan tante, samar-samar saya dengar suara anak menangis lebih tepat nya teriak kencang. Teriakan dan tangisannya makin lama makin dekat. Ternyata itu teriakan bang Acid saat diantar masuk kamar inap dengan tempat tidurnya didorong suster. Dan ternyata, abi juga naik diatas tempat tidur dengan posisi bak puteri duyung sambil menenangkan bang Acid *kalau diingat lucu sekali waktu itu, bhakakak.

Kalau ditanya ribet atau tidak anak batita sunat?
Ribet sih iya, tapi tidak penuh drama layaknya anak diatas lima tahun sunat. Rewelnya cuma satu sampai dua hari saja. Coba kalau anak diatas lima tahun, rewelnya sampai seminggu dan penuh drama.
Bang Acid cuma rewel malam pasca sunat sampai kesokan harinya. Malam kedua mulai berkurang rewelnya dan keesokan hari anaknya sudah mulai jalan-jalan di dalam kamar, malah kami kedatangan tamu tetangga sebelah rumah yang ternyata anaknya juga rawat inap karena demam tinggi, bang Acid malah mengajak anak tetangga bermain seperti biasa.
Malam nya saat dokter visit, sudah diperbolehkan pulang hari itu juga. Cuma rawat inap dua malam saja.

Jadi, mensunatkan anak batita tidak repot kok mak!
Tiga hari sudah mulai kering, sudah mulai bisa pakai celana dalam anaknya.

Tips dari saya:
{Kalau ingin cepat kering area luka diolesin rendaman daun sirih merah. Airnya tidak perlu banyak, cukup seperempat gelas saja.
Caranya: ambil selembar atau dua lembar daun sirih merah, iris tipis-tipis, taruh dalam mangkuk kecil / gelas, tuangkan air mendidih seperempat atau kurang dari seperempat wadah, tunggu dingin atau tunggu sampai berlendir, oleskan pada area luka.
》Daun sirih merah mengeluarkan lendir yang apabila dioleskan pada luka seperti lapisan lilin. Membuat luka tidak perih dan cepat kering. Bisa juga dioleskan pada bekas luka melahirkan, cepat kering lho mak!}

Ternyata sunat ala bang Acid menjadi trendsetter di blok tempat tinggal kami. Tak berapa lama, sekitar beberapa minggu kemudian, dedek depan rumah yang usia nya satu tahun dibawah bang Acid pun ikut kena fimosis dan terpaksa disunat padahal Aa' nya yang berusia lima tahun belum disunat.

Tetangga toko ujung jalan yang juga punya anak laki-laki berusia satu tahun juga sempat tanya pada saya, repot atau tidak mensunatkan anak batita, ternyata tetangga saya itu juga sempat terpikir usia berapa nanti anaknya disunat.

Pun juga tetangga sebelah rumah sempat bertanya-tanya pada saya, anaknya yang berusia satu tahun dibawah bang Acid akhirnya tak lama kemudian (setelah anak tetangga depan rumah pun kena fimosis dan disunatkan) ikut disunatkan saat pulang kampung.

Karena fimosis akhirnya bang Acid menjadi trendsetter sunat batita di blok tempat tinggal kami ^_^

No comments: