Friday, January 10, 2025

Perjodohan Tama

"Aku suka Noona, jadi jangan suka aku!"
-Okta, ketua kelas 1B-


Assalamulaikum makk.
Lagi teringat kisah emak jaman abg nih. Kejadiannya sejak jaman SD berlanjut ke SMP (jaman itu namanya berganti SLTP - Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). 
Jadi, jaman emak SD tuh makk, emak sekolah di SD negeri dekat rumah (masih satu komplek dengan komplek perumahan tempat emak tinggal). Di SD emak itu makk, rata-rata anak-anak orang kaya -orang tua mereka pegawai BUMN. Meskipun anak-anak dari kampung sebelah atau kampung seberang juga ada yang bersekolah di sana, boleh-boleh aja, kan judulnya juga Sekolah Dasar Negeri. 

Di sekolah emak tersebut, ada beberapa cowok cakep yang satu angkatan. Yaa, tetangga emak satu komplek juga meskipun beda blok.

Tapi, suatu hari emak melihat ada cowok cakep lain, beda sekolah yang jajan di depan sekolah. Selidik punya selidik, ternyata doski baru pindah di blok paling belakang, dan bersekolah di SD Swasta (beberapa tahun kemudian baru diketahui bahwa dia satu sekolahan dengan salah satu mak Bestie).

Emak paling seneng kalau doski jajan di depan sekolah. Emak bakal ngelihatin terus doski jajan sembari juga jajan di jam istirahat ke dua. Meskipun jajan di luar sekolah di jam istirahat sekolah itu dilarang. Yaa namanya juga pengen lihat crush yang nggak setiap hari ketemu kan ya makk, makanya "akan kulawan semua aturan yang ada demi impian" wkwkwk.

Oh iya, namanya... 
Okta.

Emak kali pertama melihat Okta saat kelas 6 SD (alamakk, bocah SD udah tahu cowok cakep ya makk, ampuuun dah emak jaman bocil ini wkwkwk). Saat masuk SMP -lagi-lagi masuk sekolah Negeri- SMP Negeri seberangnya SMA Negeri favorit se-kabupaten. Ternyata emak juga satu sekolah dengan Okta. Berbunga-bunga gak tuh rasanya, uhuy!

Selain satu sekolah dengan Okta, juga satu sekolah dengan Justin -sudah pernah cerita ini sebelumnya, si Justin yang teman les jaman SD, dari SD swasta juga tapi beda sekolah dengan Okta, si Justin yang mirip-mirip anak bule dengan rambut coklatnya. Postingan ini part khusus Okta, jadi tidak bercerita lagi tentang Justin ya makk.

Di kelas satu, Okta menjabat sebagai ketua kelas. Kelasnya pun bersebelahan dengan kelas emak. Okta kelas 1B, sedangkan emak kelas 1A. 

Dimata emak saat itu, Okta sangat keren sekali dengan jabatan ketua kelas. Era emak sekolah, jabatan ketua kelas atau ketua OSIS sangat keren sekali ya makk, wkwkwk. Tapi emak bukan cewek yang suka cari perhatian ke anak cowok, biasa aja. Curi-curi pandang saja sudah bahagia rasanya.

Suatu siang, saat jam istirahat pertama. Yusti teman baik emak sejak jaman SD, mengajak jajan bakso isi telur. Baksonya gede, isi satu telur utuh. Tapi makannya ditusuh bukan dimangkokin. Agak rawan jatuh sih ya makk, tapi namanya bocah ya udah seru aja makan. Mana makannya sambil jongkok pula di pinggir teras rumah sebelah sekolah. Jadinya emak agak jaim-jaim makan bakso tersebut. 

Lagi asyiknya makan bakso sedikit-sedikit karena masih panas. Sekonyong-konyong, Okta lewat agak jauh di depan kami. Yusti heboh, dia bercanda mau panggil Okta. Emak bilang jangan! Tapi Yusti tetap teriak bilang:

"Okta, dia suka kamu lho!", mulut usil Yusti berkumandang dengan lantang.

Okta yang lewat agak jauh menghampiri dan berkata, "Anak ini suka aku?", songongnya sambil menunjuk wajah emak masih abg yang asyik makan bakso tusuk isi telor bulat. 
"Aku suka Noona, jadi jangan suka aku!", ketusnya to the point. Tangan emak masih abg dibuat gemetar karenanya, hingga telor bulat dalam bakso jatuh menggelinding di tanah...

Selain gemetaran, emak masih abg juga sedih. Sedih karena telor bakso emak masih abg jatuh ke tanah makk, buahahaha.

Ini benar-benar kejadian nyata tanpa emak ubah ya. Benar-benar traumanya membekas di otak, sedih gak tuh? Wkwkwk.

Sebenarnya emak juga sudah tahu kalau Okta suka dengan Noona. Sudah rahasia umum. Tapi mulut usil Yusti nggak perlu kek gitu juga dong yess. Biar saja menyukai seseorang tanpa harus mengungkapkan kepada orangnya, tsaah!

Tidak mungkin rasanya harus bersaing dengan Noona yang populer itu. Cantik, humble, easygoing, seksi dengan payudaranya yang besar di usia abg, bayangkan makk! Dan rasanya, seorang Okta pun bukan seleranya Noona. Sebenarnya emakpun ingin ketawa jaman itu. 

Dalam hati emak, "Ternyata anak cowok yang terlihat diam dan baik, mulutnya tidak sebagus itu. Selamat bermimpi ya Okta, bermimpi untuk mendapatkan Noona". Emakpun ilfeel (hilang feeling) dibuatnya. Tidak sesuai ekspektasi emak. Anak cowok dengan mulut lemes itu bukanlah cowok gentle! Pesona ketua kelas mendadak pudar di mata emak..

* * * 

Setelah kejadian bakso telor menggelinding itu, Yusti pindah sekolah ke luar kota karena orang tuanya pindah tugas. Awal-awal perpisahan kami, kami masih sering kirim kabar lewat surat yang kami tulis ber-chapter-chapter. Ditulis di kertas hvs bergaris dan dimasukkan dalam amplop coklat besar. Benar-benar seperti mengirim naskah cerpen ke majalah di jaman itu, wkwkwk. Tapi lama kelamaan, intensitas berkirim surat semakin berkurang hingga tidak sama sekali. Kelas dua, emak malah jumpa dengan circle baru (yang masyaAllah masih bersahabat hingga saat ini, yaitu bolokurowo mak Bestie). 

Waktupun cepat berlalu, tak terasa emak memasuki tingkat SMA. Suatu hari, maminya emak ngomong begini: "Belakang rumah ada yang baru pindah, katanya anaknya sekolah di SMP yang sama dengan kamu. Tama nama anaknya, kamu kenal?"

Cari-cari namanya dalam file otak dan ingat, "Iya tahu, tahu aja tapi nggak kenal. Nggak pernah sekalas", begitu jawab emak sambil lalu.

Tetangga baru pindah itu, emak lupa mereka pindahnya saat emak akhir SMP atau sudah SMA. Hingga ada kabar buruk. Bahwa mereka kecelakaan saat berkendara mobil. Saat itu mobilnya dikendarai Tama bersama ibunya. 

Emak nggak tahu bagaimana kronologi kecelakaan itu, karena jaman itu emak benar-benar tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Tapi yang emak tahu, saat itu kondisi paling parah adalah ibunya Tama, bu Tedi. Pipi beliau sobek panjang, sampai sembuhpun bekas luka sobeknya masih kentara sekali.

Beberapa tahun setelah bertetangga dengan bu Tedi, orang tua emak pindah rumah ke blok yang tidak jauh dari rumah lama (karena kami tinggal di perumahan dinas, sudah biasa pindah-pindah rumah di komplek tersebut). 

Suatu hari, ini saat emak sudah lulus kuliah. Bu Tedi datang ke rumah mengantar sesuatu untuk maminya emak. Disitu emak yang menerima barang. Bu Tedi sambil ngobrol sebentar dengan emak, tanya apakah emak sudah lulus? Sudah kerja dimana?

"Tama itu lho mbak, belum lulus-lulus. Padahal teman-temannya sudah pada lulus", curhat beliau demikian. Emak cuma cengar-cengir nggak tahu harus balas obrolan apa.

Akhirnya papinya emak pensiun. Kami harus keluar dari perumahan dinas itu. Orang tua emak memutuskan pindah ke daerah gunung di luar kota. Tak lama, Oom nya emak yang dahulu satu komplek di perumahan dinas itu juga pensiun dan pindah ke kota yang sama dengan orang tua emak. 

Suatu hari, ibu-ibu tetangga dari komplek lama (yang suaminya masih dinas), datang ke rumah oom nya emak. Waktu itu emak juga datang karena diajak maminya emak. Karena kumpulan ibu-ibu riweuh, emak nyumput di kamar Dania (anaknya Oom yang sepantaran emak, teman main jaman masih di komplek dinas). Males ntar ditanya macem-macem. Kerja dimana. Kapan nikah.

Sewaktu pada pamitan. Bu Tedi pamitan terakhir sambil basa-basi ke maminya emak. Yang emak ingat, bu Tedi ngajak besanan dengan maminya emak. Beliau cerita dengan bangga kalau Tama sudah kerja. 

Disitu emak tahan tawa. Karena sewaktu itu posisi emak sudah dilamar bapak suami tercyintah, tapi maminya emak cuma diam saja sembari senyum-seyum. 

Dalam hati emak ada kepuasan telak. Bahwa, dahulu dekil dan tidak cantik. Dihina. Ditunjuk-tunjuk depan muka. Sekarang justru ibunya yang mengajak besanan dengan maminya emak.

Ya.

Okta dan Tama adalah orang yang sama.
Oktama.

Anak cowok yang pernah membuat emak tidak nyaman dan ilfil. Juga bikin emak gondok karena telur bakso emak jatuh menggelinding di tanah, wkwkwkwk.

Pesan moral untuk anak-anak kita:
Jangan pernah menghina orang lain, karena kita tidak pernah tahu suatu saat fisik manusia bisa berubah. Yang cantik jadi jelek, begitu pula sebaliknya. Ajarkan anak-anak kita untuk menjaga lisan. 

Dari cerita emak ini, sebenarnya Oktama tidak tahu perihal maksud hati ibunya. Dan beruntungnya Oktama belum pernah berjumpa emak lagi setelah dewasa. Kalau tidak, bisa jadi sama dengan kisah sebelumnya di postingan: "Pertanyaan klasik masa lalu".

P.S. 
Apakabar Noona?
Tidak lama setelah Yusti pindah sekolah, Noona juga pindah sekolah. Mereka berdua sama-sama pindah keluar kota.

Noona sekarang sudah sukses dengan bisnis jastipnya. Bisnis onlinenya tersebut bahkan pernah meng-endorse artis Shareefa. Sering keluar negeri untuk traveling sekaligus belanja jastip fashion pelanggannya. Masih tetap cantik dan awet muda. 

No comments: