Sebut saja ada pasangan suami istri yang usia pernikahannya setara dengan saya, pun anak pertama mereka seusia dengan anak pertama saya. Pasangan tersebut sejak awal menikah, sebelum mereka punya rumah sendiri dan masih kontrak, mereka mengutamakan membeli kendaraan mobil secara 'kredit'. Setahun setelah membeli mobil, akhirnya mereka bisa membeli rumah dengan KPR, yang artinya 'kredit' lagi.
Punya rumah di kawasan elite dan kendaraan mobil tapi 'kredit' semua. Setelah sekian tahun, mobil pertama mereka tentu sudah lunas cicilan nya, sekarang mereka berencana beli mobil baru dengan cara 'kredit' lagi. Entah mobil lama dijual atau untuk mobilitas isterinya, saya kurang tahu. Sampai isterinya pun ikut bekerja kantoran pulang malam demi memenuhi gaya hidup gengsi, sementara anaknya dititipkan pengasuh.
Saya cuma geleng-geleng kepala.
Cuma untuk menuruti "Gengsi", seseorang rela membeli sesuatu barang yang bernilai konsumtif dengan cara kredit yang artinya berurusan dengan "RIBA".
Saya pribadi tidak munafik. Saya pun masih punya hutang bank ketika membeli rumah, dan cicilan rumah belum lunas itu rasanya bebaaan sekali. Ketika itu abi membeli rumah dengan sistem kredit karena beliau saat itu belum tahu bahwa itu artinya berurusan dengan RIBA.
Makanya sampai saat ini kami belum bisa beli mobil pribadi karena enggan berurusan dengan riba, karena kami masih punya hutang bank yang belum terlunasi. Sementara untuk membeli mobil bekas pun tabungan kami belum mencukupi. Jadi meskipun mobil itu masuk kategori "kebutuhan" buat kami, karena kondisi tidak memungkinkan, kami berusaha menekan keinginan membeli mobil hingga tabungan mencukupi.
Kadang saya iri dengan orang-orang yang dengan gampangnya membeli mobil dengan sistem kredit. Kok mereka bisa hidup tenang tanpa adanya "hukuman" dari Allah di dunia. Misal, cobaan yang bertubi-tubi, keluarga sakit-sakitan, anak tidak menurut dengan orang tua, kecelakaan kendaraan yang menguras kantong untuk perbaikan, gaji bulanan yang tidak pernah cukup, dan sebagainya.
Sampai saya pernah berkata pada abi, "Coba dahulu sebelum kita tahu tentang riba, aku nurut abi, kita ambil kredit mobil ya.."
Dahulu sebelum kami mengetahui tentang riba, abi sudah menawari saya kredit mobil di kantornya. Tapi saya menolak kala itu, alasan saya, saya ingin punya tabungan buat simpanan. Karena kalau saya hitung hitung, kalau kredit mobil dan rumah bersamaan, akan mepet tiap bulannya, tidak ada sisa untuk menabung.
Abi berujar, "Justru kita harus bersyukur karena tidak jadi kredit mobil, kita masih dilindungi Allah dijauhkan dari riba"
Saya juga pernah bertanya pada abi, "Kenapa orang-orang yang hidup dengan riba itu, kehidupannya fine-fine saja? Sementara kita, urusan zakat dan sodaqoh telat dikit saja, adaa saja cobaan nya..."
Pernah tetangga kami menitipkan mobil nya pada kami, karena tetangga tersebut tugas keluar negeri selama setahun. Baru satu bulan mobil dititipkan pada kami, pintu mobil depan mobil tersebut ditabrak motor dari arah berlawanan saat putar balik. Tetangga kami tidak mengasuransikan mobilnya, karena asuransi dan gadai termasuk wajib kita hindari, maka kami yang service mobil tersebut hingga kembali seperti semula.
Saya merenung, mengapa ada saja cobaan buat kami?
Saya teringat, ternyata kami telat bersodaqoh selama satu tahun kala itu.
Setelah kejadian itu dan saya melontarkan pertanyaan seperti itu, abi berkata, "Kita kan tidak tahu kehidupan orang-orang itu bagaimana. Mungkin saja kelihatan diluar baik baik saja, sementara di dalamnya kan kita tidak tahu"
Hingga tadi malam saya kembali dibuat iri oleh orang orang yang berurusan dengan riba tapi fine-fine saja kehidupannya tampak dari luar.
Sampai saya ketik pesan wa pada mami untuk meluapkan unek-unek saya. Saya ceritakan kembali pada mami seperti apa yang sudah saya tulis diatas..
Tadi pagi sebelum sholat subuh saya dapat balasan dari mami
DELAPAN JENIS REZEKI DARI ALLAH*
*1.Rezeki Yang Telah Dijamin.*
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya.
(Surah Hud : 6).
*@2. Rezeki Karena Usaha.*
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
"Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya."
(Surah An-Najm : 39).
*3. Rezeki Karena Bersyukur.*
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.
(Surah Ibrahim : 7).
*4. Rezeki Tak Terduga.*
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا( ) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa yang bertakwa kepada ALLAH nescaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.
(Surah At-Thalaq : 2-3).
*5. Rezeki Karena Istighfar.*
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ( ) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا
Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.
(Surah Nuh : 10-11).
*6. Rezeki Karena Menikah.*
وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ
Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka ALLAH akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kurnia-Nya.
(Surah An-Nur : 32).
*7. Rezeki Karena Anak.*
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu kerana takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.
(Surah Al-Israa' : 31).
*8. Rezeki Karena Sedekah*
مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
“Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (infak dan sedekah), maka ALLAH akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.”
(Surah Al-Baqarah : 245).
.:Dan juga sekelumit kalimat ini yang membuat saya sadar atas rasa iri saya...
Kadang rasa iri itu wajar, menurut saya manusiawi, dan semua kembali lagi kepada Allah SWT, mengingat Allah....
Sampai saya pernah berkata pada abi, "Coba dahulu sebelum kita tahu tentang riba, aku nurut abi, kita ambil kredit mobil ya.."
Dahulu sebelum kami mengetahui tentang riba, abi sudah menawari saya kredit mobil di kantornya. Tapi saya menolak kala itu, alasan saya, saya ingin punya tabungan buat simpanan. Karena kalau saya hitung hitung, kalau kredit mobil dan rumah bersamaan, akan mepet tiap bulannya, tidak ada sisa untuk menabung.
Abi berujar, "Justru kita harus bersyukur karena tidak jadi kredit mobil, kita masih dilindungi Allah dijauhkan dari riba"
Saya juga pernah bertanya pada abi, "Kenapa orang-orang yang hidup dengan riba itu, kehidupannya fine-fine saja? Sementara kita, urusan zakat dan sodaqoh telat dikit saja, adaa saja cobaan nya..."
Pernah tetangga kami menitipkan mobil nya pada kami, karena tetangga tersebut tugas keluar negeri selama setahun. Baru satu bulan mobil dititipkan pada kami, pintu mobil depan mobil tersebut ditabrak motor dari arah berlawanan saat putar balik. Tetangga kami tidak mengasuransikan mobilnya, karena asuransi dan gadai termasuk wajib kita hindari, maka kami yang service mobil tersebut hingga kembali seperti semula.
Saya merenung, mengapa ada saja cobaan buat kami?
Saya teringat, ternyata kami telat bersodaqoh selama satu tahun kala itu.
Setelah kejadian itu dan saya melontarkan pertanyaan seperti itu, abi berkata, "Kita kan tidak tahu kehidupan orang-orang itu bagaimana. Mungkin saja kelihatan diluar baik baik saja, sementara di dalamnya kan kita tidak tahu"
Hingga tadi malam saya kembali dibuat iri oleh orang orang yang berurusan dengan riba tapi fine-fine saja kehidupannya tampak dari luar.
Sampai saya ketik pesan wa pada mami untuk meluapkan unek-unek saya. Saya ceritakan kembali pada mami seperti apa yang sudah saya tulis diatas..
Tadi pagi sebelum sholat subuh saya dapat balasan dari mami
DELAPAN JENIS REZEKI DARI ALLAH*
*1.Rezeki Yang Telah Dijamin.*
وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ
Tidak ada satu makhluk melatapun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya.
(Surah Hud : 6).
*@2. Rezeki Karena Usaha.*
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
"Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali apa yang dikerjakannya."
(Surah An-Najm : 39).
*3. Rezeki Karena Bersyukur.*
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.
(Surah Ibrahim : 7).
*4. Rezeki Tak Terduga.*
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا( ) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barangsiapa yang bertakwa kepada ALLAH nescaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.
(Surah At-Thalaq : 2-3).
*5. Rezeki Karena Istighfar.*
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ( ) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا
Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.
(Surah Nuh : 10-11).
*6. Rezeki Karena Menikah.*
وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ
Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka ALLAH akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kurnia-Nya.
(Surah An-Nur : 32).
*7. Rezeki Karena Anak.*
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu kerana takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu.
(Surah Al-Israa' : 31).
*8. Rezeki Karena Sedekah*
مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
“Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik (infak dan sedekah), maka ALLAH akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.”
(Surah Al-Baqarah : 245).
.:Dan juga sekelumit kalimat ini yang membuat saya sadar atas rasa iri saya...
"Kalau masalah kehidupan teman atau orang lain begini begitu kok lebih enak ya...tidak seperti aku.....
Allah itu memberi sudah adil, tidak sekarang ya nanti, kelihatannya sekarang diberi yang enak-enak dulu... kalau dia terus-menerus tidak ingat Allah ya gilirannya kebalikannya. Itu cuma sawang - sinawang kalau lihat rumput tetangga lebih hijau padahal itu rumput-rumputan alias plastik. Lebih baik kita selalu bersyukur kepada Allah SWT... tidak perlu membandingkan dengan orang lain, jangan lihat keatas orang yang masih dibaeah kita itu banyak... kalau kita selalu bersyukur tidak usah iri dengan lainnya Allah maha adil, maha bijaksana, maha kaya, maha pemurah dan maha segalanya.... Kalau kita berpikir positif badan kita semakin sehat karena kalau pikiran kita selalu positif tidak merusak sel-sel di otak kita.
Mulai sekarang jauhkan dari melihat keatas kalau lihat teman seperti itu istighfar saja tidak usah iri menghabiskan energi, nanti semuanya Allah yang menyelesaikannya.
Kalau kamu bisa menjalani begitu, hidup kita tenang, hati kita bahagia, tentram karena kita selalu ingat Allah terus... inshaaAllah rezeki datang bertubi tubi.... Allah maha pengasih dan penyayang..."
Kadang rasa iri itu wajar, menurut saya manusiawi, dan semua kembali lagi kepada Allah SWT, mengingat Allah....
No comments:
Post a Comment