Menginjak usia kandungan 8 bulan, dari prediksi dokter, HPL pertengahan bulan Januari 2018. Saya sudah harus siap siap menanti kelahiran dedek. Tapi nyatanya saya masih santai santai.
》Dimulai dari senam hamil, saya bolak balik diajak tetangga masih belum sempat sempat terus.
》Persiapan baju, sama sekali belum disiapkan komplit dalam satu tas yang siap dibawa jika sewaktu waktu terjadi kontraksi.
》Nama, kalau sewaktu hamil anak pertama, dua bulan jelang persalinan nama sudah fix. Meskipun jenis kelamin waktu itu belum jelas ketika di usg. Tapi kehamilan dedek ini, di usg sudah jelas jenis kelaminnya, nama belum dipersiapkan sama sekali. Duh.
》Renov rumah, ini salah prediksi, molor dari perkiraan. Yang awalnya benahin atap bocor rencana awal dimulai akhir november, malah molor jadi minggu kedua Desember. Akhirnya saya stres sendiri dibuatnya.
》Nama, kalau sewaktu hamil anak pertama, dua bulan jelang persalinan nama sudah fix. Meskipun jenis kelamin waktu itu belum jelas ketika di usg. Tapi kehamilan dedek ini, di usg sudah jelas jenis kelaminnya, nama belum dipersiapkan sama sekali. Duh.
》Renov rumah, ini salah prediksi, molor dari perkiraan. Yang awalnya benahin atap bocor rencana awal dimulai akhir november, malah molor jadi minggu kedua Desember. Akhirnya saya stres sendiri dibuatnya.
Dari semua ketidak siapan dan kestresan saya, semalam saat tengah malam tiba tiba saya merasa keluar cairan dari vagina. Tidak bisa ditahan padahal saya tidak kebeles pipis. Sampai celana dalam basah. Yang saya khawatirkan. Itu air ketuban pecah! Saya ingat benar rasanya saat hamil anak pertama, ketika kontraksi dan ketuban pecah. Semalam rasanya seperti itu.
Buru buru saya bangunin abi yang tertidur pulas. Minta diantar ke IGD rumah sakit di kota. Sambil asal cemplung cemplung pakaian ke dalam tas dan mengingat ingat apa saja yang harus dibawa, saya bolak balik telfon ke tetangga mau pinjam mobil. Tapi tumben nya tetangga sebelah tidak mengangkat telfon. Saya coba telfon tetangga sebelah satunya. Pun sama tidak diangkat (alhamdulillah tinggal di tanah rantau, masih banyak tetangga yang mau menolong menawarkan pinjam mobil jika sewaktu waktu terjadi kontraksi). Coba pesan takol (taksi online) posisi taksi yang online jauh dari rumah.
Abi saya minta tolong ketuk rumah tetangga sebelah. Tapi katanya nggak enak, karena suami tetangga sebelah masih lembur belum pulang. Kebetulan tetangga saya itu teman sekantor abi, bahkan beliau itu sahabat abi sejak jaman kuliah, yang artinya saya pun kenal baik dengan beliau, lha wong abi dan saya dahulu satu kampus, hehehe. Bahkan, biar makin seperti saudara, bang Acid saya biasakan panggil pakde & budhe pada tetangga sebelah tersebut. Sampai sampai tetangga yang lain mengira kami masih ada hubungan keluarga.
Akhir nya kami bisa meminjam mobil. Ternyata budhe ketiduran di ruang tengah sementara handphone di kamar jadi tidak dengar kalau ada panggilan masuk.
Sampai IGD saya turun sendiri, karena abi harus menemani bang Acid. Masuk IGD cuma disambut melongo dokter dan perawat jaga. *nepok jidat
Saya langsung bilang, "Air ketuban saya sepertinya pecah"
Baru deh ada yang tanggap tanya, "perlu naik kursi roda bu?"
Saya cuma geleng
"Ditimbang dulu berat badannya" , sambil mengarahkan ke timbangan badan.
Selesai ditimbang saya disuruh rebahan di bilik paling pojok, semalam IGD sedang sepi pasien.
Seperti biasa pasien selalu di interogasi riwayat kehamilan, dua kali pula. Usai di interogasi, hal yang paling menyebalkan dari persalinan itu, selalu tangan bidan mengecek dengan memasukkan alat atau apalah ke dalam vagina, dan rasanya amat sangat tidak nyaman..
Ternyata itu bukan cairan ketuban, tapi keputihan yang berlebih saat kehamilan. Tapi rasaya ngerembes seperti ngompol padahal tidak ada rasa ingin pipis. Tidak bisa ditahan dan sampai celana dalam basah. Saya khawatir itu rembesan air ketuban, kalau sampai terjadi bisa menyebabkan bayi dehidrasi dalam kandungan.
Kata bidan tidak ada kontraksi dan belum ada bukaan. Iya memang benar saat terasa seperti ngompol itu tidak diiringi kontraksi dan mulas mulas. Keputihan berlebih saat menjelang persalinan itu memang wajar. Tapi namanya khawatir terjadi sesuatu, makanya semalam langsung saya pergi ke IGD.
Agak malu sih rasanya. Masa kehamilan anak kedua masih belum bisa membedakan mana air ketuban pecah dan keputihan. Dan berasa drama saja jalan ke IGD tengah malam >.<
Tapi ada hikmahnya, paling tidak saya sudah mempersiapkan pakaian yang mau dibawa apabila sewaktu-waktu terjadi kontraksi...
Buru buru saya bangunin abi yang tertidur pulas. Minta diantar ke IGD rumah sakit di kota. Sambil asal cemplung cemplung pakaian ke dalam tas dan mengingat ingat apa saja yang harus dibawa, saya bolak balik telfon ke tetangga mau pinjam mobil. Tapi tumben nya tetangga sebelah tidak mengangkat telfon. Saya coba telfon tetangga sebelah satunya. Pun sama tidak diangkat (alhamdulillah tinggal di tanah rantau, masih banyak tetangga yang mau menolong menawarkan pinjam mobil jika sewaktu waktu terjadi kontraksi). Coba pesan takol (taksi online) posisi taksi yang online jauh dari rumah.
Abi saya minta tolong ketuk rumah tetangga sebelah. Tapi katanya nggak enak, karena suami tetangga sebelah masih lembur belum pulang. Kebetulan tetangga saya itu teman sekantor abi, bahkan beliau itu sahabat abi sejak jaman kuliah, yang artinya saya pun kenal baik dengan beliau, lha wong abi dan saya dahulu satu kampus, hehehe. Bahkan, biar makin seperti saudara, bang Acid saya biasakan panggil pakde & budhe pada tetangga sebelah tersebut. Sampai sampai tetangga yang lain mengira kami masih ada hubungan keluarga.
Akhir nya kami bisa meminjam mobil. Ternyata budhe ketiduran di ruang tengah sementara handphone di kamar jadi tidak dengar kalau ada panggilan masuk.
Sampai IGD saya turun sendiri, karena abi harus menemani bang Acid. Masuk IGD cuma disambut melongo dokter dan perawat jaga. *nepok jidat
Saya langsung bilang, "Air ketuban saya sepertinya pecah"
Baru deh ada yang tanggap tanya, "perlu naik kursi roda bu?"
Saya cuma geleng
"Ditimbang dulu berat badannya" , sambil mengarahkan ke timbangan badan.
Selesai ditimbang saya disuruh rebahan di bilik paling pojok, semalam IGD sedang sepi pasien.
Seperti biasa pasien selalu di interogasi riwayat kehamilan, dua kali pula. Usai di interogasi, hal yang paling menyebalkan dari persalinan itu, selalu tangan bidan mengecek dengan memasukkan alat atau apalah ke dalam vagina, dan rasanya amat sangat tidak nyaman..
Ternyata itu bukan cairan ketuban, tapi keputihan yang berlebih saat kehamilan. Tapi rasaya ngerembes seperti ngompol padahal tidak ada rasa ingin pipis. Tidak bisa ditahan dan sampai celana dalam basah. Saya khawatir itu rembesan air ketuban, kalau sampai terjadi bisa menyebabkan bayi dehidrasi dalam kandungan.
Kata bidan tidak ada kontraksi dan belum ada bukaan. Iya memang benar saat terasa seperti ngompol itu tidak diiringi kontraksi dan mulas mulas. Keputihan berlebih saat menjelang persalinan itu memang wajar. Tapi namanya khawatir terjadi sesuatu, makanya semalam langsung saya pergi ke IGD.
Agak malu sih rasanya. Masa kehamilan anak kedua masih belum bisa membedakan mana air ketuban pecah dan keputihan. Dan berasa drama saja jalan ke IGD tengah malam >.<
Tapi ada hikmahnya, paling tidak saya sudah mempersiapkan pakaian yang mau dibawa apabila sewaktu-waktu terjadi kontraksi...
No comments:
Post a Comment