Ceritanya pulang ke Surabaya saya naik kereta Argoanggrek dari Gambir-Stasiun Pasar Turi yang rencana semula berangkat pukul 09.30, delayed pukul 11.30. OMG!! Belum lagi sampai stasiun Manggarai berhenti 15menit mengisi air... Bagussss, sampai Surabaya bisa-bisa pukul 23.00.
Saya sengaja pulang pagi, supaya bisa menikmati pemandangan. Begitu membuka curtain, Alamakkk! Jendela sebelah kiri saya retak retak -penuh- tanpa celah sedikit pun. Mana bisa menikmati pemandangan? Masa kaca ancur macam begini masih diaplikasikan di jendela kereta?? BAGUSSS, DUA JEMPOL!!

Ya sud, menikmati pemandangan orang-orang dalam kereta saja... Well, depan saya duduk tiga bocah laki-laki usia sekitar 4-7 tahun, sedangkan kedua ortu mereka duduk terpisah di seberang. Seberang kanan saya seorang ibu dengan dua anaknya, yang satu dalam gendongan wajah anaknya tertutup selendang (awalnya saya mengira anak yang dalam gendongan berusia 1-2tahun, setelah bangun dan turun dari gendongan ternyata kira-kira usia 4 tahun).
Tiga bocah depan saya minta ampun ramenya (namanya juga anak-anak). Benar-benar picnic keluarga (jadi teringat masa kecil saya). Ada yang lucu nih, sewaktu si Ayah mau ke gerbong belakang si Anak bungsu masih repot pakai sepatu dan ditinggal Ayahnya memohon pada ibunya, “Mi, please mi, antarkan ke papi, please mi”, hehe jadi teringat brother saya ketika kecil, setiap memohon sesuatu selalu diawali kata “Please...”. Saya senyum geli sendiri.
Sedangkan bocah seberang kanan saya minta ampun manis tutur katanya. Sewaktu mi rebus pesanan ibunya datang ia berucap, “Terima Kasih...”, dengan nada luar biasa manis untuk anak seusia dia. Sampai mbak pramugari kereta (apa ya sebutan untuk pramugari kereta?) membalas dengan senyum salah tingkah. Begitu juga saat dia mengucapkan sesuatu dengan kakaknya selalu dengan nada lembut dan manis, senangnya punya anak seperti bocah itu.
Setelah bocah-bocah pada tidur, gerbong sepi. Dari pada bengong saya lanjutkan membaca novel “New Moon” karya Stephenie Meyer.
No comments:
Post a Comment