10 Hari di Jakarta terasa cepat, tapi satu hari terasa lama bagai satu minggu –habis nggak ada kegiatan, selain baca.
Rangkuman unek-unek selama 10 hari di Jakarta:
- Senang!! Kapan lagi bisa baca novel-novel keren tanpa membeli alias GRATISAN... Hehehe
- Senang!! Bisa main-main sama kucing-kucing cakep tante
- Senang!! Spontanitas diajak jalan ke DUFAN ma tente n jalan ke Trisakti ma dek Ya’ (thanks so much)
- Sebal!! Pulang dan Pergi kena DELAYED... Ugh!
- Sebal!! Setiap di tempat umum ngobrol dengan sepupu pakai bahasa SUROBOYOAN campur JAWA, pasti orang sebelah saya menoleh dengan tatapan MENCELA.
hiks... hargailah bahasa daerah masing-masing...
Diskriminasi Kota Jakarta:
- Menganggap orang JAWA itu NdesoO! (padahal mereka kan termasuk di Pulau Jawa), contoh: “Mau mudik ke Jawa, lo?”, weleh... emang Jakarta di Papua yaaa?
- Orang Surabaya yang kerja atau tinggal di Jakarta (kalau nggak ingin dianggap kampungan) percakapan sehari-hari menggunakan “Elo”- “Gue” dengan logat khas Jakarta dan nada cepat. Kalau nggak begitu, nanti dicibir dalam pergaulan (padahal Oom dan Tante saya 10 tahun lebih tinggal di Jakarta nggak kayak gitu kalee, logat Suroboyoan nya masih kental).
2 comments:
Sekejam kejamnya IBU TIRI lebih kejam IBU KOTA
Yups!
Emang semua ibu tiri kejam kah???
Post a Comment