Wednesday, November 27, 2019

Upik Abu Naik Tahta (??)

"Pada akhirnya, upik abu dipinang pangeran berkuda besi"
Benarkah kisah mereka berakhir seperti kisah dongeng?

Saya bukan pendongeng yang baik, tapi izinkan saya bercerita tentang seseorang yang saya kenal. Saya hanya ingin menganalogikan layaknya kisah dongeng pangeran dan puteri.. ketahuilah, saya sejak kecil sangat membenci kisah pangeran dan puteri, karena dalam dunia nyata tidak ada sosok pangeran tampan berkuda putih dan hidup itu penuh perjuangan, tidak ada itu namanya hidup enak ala puteri kerjaan, hahaha.

Jadi begini ceritanya...


Disebuah perusahaan swasta ada seorang bujangan mapan. Dia anak orang kaya dan secara karir juga bagus di perusahaan itu. Untuk sekelas karyawan perusahaan swasta dia mempunyai mobil keluaran eropa yang sparepart nya saja sangat langka dan mahal di jual di Indonesia.

Dalam proses pencarian jodoh, pangeran bujang ini melakukan pendekatan pada salah satu perempuan di kantornya. Sangat cantik sekali orangnya. Tapi respon perempuan cantik ini biasa saja menurut cerita teman-teman kantornya.

Ketika kondisi pangeran bujang galau seperti ini. Datanglah upik abu yang biasa saja. Dia kelihatannya lugu tapi pandai melihat peluang dan situasi. Si upik abu menawarkan perhatian hangat kepada pangeran bujang galau. Bukan perhatian bagaimana. Tapi sekedar menyapa dan mengajak ngobrol saat pangeran bujang galau berada di kantin kantor. Melalui obrolan santai ini, si upik abu yang biasa, yang bukan standart kecantikan pangeran bujang, dan agak bau mulai mendapat respon positif dari pangeran bujang.

Karena mendapat respon positif. Si upik abu semakin gencar mengeluarkan jurus mautnya. Semakin hari pangeran bujang semakin nyaman dengan kehadiran si upik abu. Hingga mereka berdua sering jalan bardua saat weekend. Dan suatu hari mereka memutuskan untuk menikah.

Banyak omongan nyinyir dari teman sekantor. Salah satunya berkata, "Padahal bidadari cantik asal kota kembang aura nya melampaui si upik abu, tapi entah mengapa malah lebih memilih si upik abu yang biasa dan agak bau"

Saya mendengarkan saja, agak kaget dengan pendapat teman sekantornya yang saya kenal diam itu.

Jodoh memang tak ada yang tahu. Yang kita anggap baik belum tentu baik di mata Allah. Cuma memang kisah upik abu ini membuat siapa saja nyinyir ingin bergunjing. Pun sampai saat ini mereka sampai hampir punya dua anak, saya kurang begitu suka dengan si upik abu ini. Karena kesannya sepele. Saat saya whatsapp dia selalu tidak membalas. Kalaupun membalas whatsapp tapi dalam jangka waktu lama dengan alasan chatting tertumpuk group chat. Kesannya dia tidak butuh orang lain dan menyepelekan orang lain. Tapi Allah maha baik. Saat dia ikut suami dinas ke Jepang, dia mendapat apartemen sendiri tanpa ada tetangga orang Indonesia. Lokasi apartemen agak terpencil dan sepi. Sehingga meskipun berada di lantai dasar, kegaduhan kecil membuat tetangga apartemennya terganggu. Hingga tetangga apartemennya langsung mengetuk pintu apartemen dengan setengah marah. Karena tidak ada tetangga orang Indonesia, si upik abu pun pernah meminta salah satu istri teman sekantor suaminya untuk sering-sering datang berkunjung ke apartemennya. Kondisi si upik abu tidak memungkinkan keluar jauh karena sedang mengandung anak kedua. Betapa tertekannya hidup beberapa bulan dengan kondisi seperti ini ...

Dahulu dia tidak butuh orang lain. Sekarang dia memanen hasil bibit yang dia tanam. Hidup itu ada hukum sebab akibat. Apa yang kita tanam itulah yang kita panen suatu hari kelak. Cmiiw 🥰


No comments: