"Rasanya, diri ini bagai kucing tanpa bulu. Kehilangan Jati Diri"
(Kucing tanpa bulu, Jenis Sphynx bukan sih? Wkwk)
Makk makk.
Emak ingat sebuah kejadian jaman kuliah dulu. Jaman kuliah, emak ini jenis perempuan yang cueknya selangit. Tidak suka kumpul dengan orang yang sama/ tidak suka nge-gank, jadinya emak bisa diterima di kumpulan mana saja tanpa canggung, tidak kepo, dan tidak banyak ngoceh (kalau sekarang jangan ditanya).
Pernah suatu ketika jaman kuliah, teman seangkatan ramai-ramai sewa Villa dan menginap. Dari rencana mereka menginap di Villa hingga hari H, emak tidak tahu sama sekali lho makk. Baru tahu setelah beberapa bulan kemudian, saat mata kuliah bersama (satu angkatan terbagai jadi beberapa kelas, karena dari prodi dipisah jadi 3 jurusan lagi dan ada kelas pagi dan siang).
Disitu teman angkatan emak ada yang membahas kejadian saat menginap di villa. Emak yang tidak ikut dan tidak tahu apa-apa hanya "ha-ho ha-ho?". Lalu dengan keki, Diav, salah satu teman sestudio emak cerita. Emak yang kali pertama dengar cuma bilang "ooo". Sepertinya Diav malah lega atas jawaban emak.
Sebenarnya dalam hati terbersit, "Kok aku nggak diajak siiih". Tapi kemudian emak sadar. Kalaupun diajak pasti emak menolak, wkwkwk.
Kata emak jaman itu -tapi sekarang juga kadang masih- liburan paling asyik di-ru-mah-sa-ja, titik.
Di rumah bisa baca novel sepuasnya, gegoleran sepanjang hari tanpa kena omelan mami (maklum, jaman itu maminya emak masih kerja, jadi nggak ada di rumah saat weekdays), bisa puas nonton HBO streaming, wkwkwk.
Jadi cerita teman-teman seangkatan emak liburan tanpa mengajak emak. Respon emak biasa saja saat tahu. Masih tersimpan dalam memori sebagai kenangan yang unik saja gitu lho makk, wkwkwk.
Hal itu berbanding terbalik dengan setelah emak menikah. Rasanya berangsur-angsur berubah. Emak jadi lebih care, lebih ramah, lebih terbuka, dan banyak cerita ke orang lain (cerita tanpa melibatkan curhat masalah pribadi, noted!).
Tapi semua berubah lagi setelah suami dikhianati teman semasa kuliahnya, yang mana temannya itu satu kantor, dan bersebelahan rumah pula. Pastinya suami sakit hati, terlebih lagi emak dong. Dendamnya sampai dibawa ke alam mimpi coba makk.
Melalui kejadian itu emak jadi menarik diri dari lingkungan bertetangga. Yang mana dulu emak mau bertegur sapa, sekarang lebih ke DIAM. Emakpun keluar dari WAG warga. Benar-benar ingin kembali ke habitat asal yang tidak peduli dan diam. Sekarang benar-benar tidak mau banyak berinteraksi sosial.
Di sekolah paud anak bungsu pun sama. Emak lebih banyak diam. Malas berinteraksi dengan wali santri.
Karena dengan emak kembali ke setelan awal, emak lebih merasa tenang, damai, dan bahagia. Untuk saat ini, belum bisa slow living, hidup damai di atas gunung. Sementara DIAM dahulu jalan amannya.
No comments:
Post a Comment