Monday, February 12, 2018

Cerita Surat Kolong

"Dek, besok bukunya jangan ketinggalan di kolong lagi ya :D"

Ini cerita emak jaman SMU kelas 1 (kelas 10). Bermula dari buku catatan Netta -teman sebangku emak- yang ketinggalan di kolong meja. Buku tersebut dengan-tidak-bertanggung-jawab dicoret-coret oleh oknum kakak kelas (kelas kami memang berbagi dengan kakak kelas tiga, kami masuk siang dan mereka masuk pagi). Netta yang melihat buku catatannya dicoret-coret auto dongkol langsung dia hapus. Syukurnya tulisan itu menggunakan pensil.

Beberapa hari berikutnya, buku tulis Netta [lagi-lagi] tertinggal di kolong meja. Kali ini buku tulis yang tertinggal ada tulisan puisi Netta pula. Auto buku tersebut dicoret-coret oknum kakak kelas lagi, dengan balasan puisi juga.

Kali kedua ulah oknum kakak kelas ini membuat Netta geram! Netta langsung menulis dalam secarik kertas yang ditujukan untuk oknum pencoret-coret bukunya tersebut. Dia menegur oknum untuk tidak lancang mencoret-coret jika bukunya tertinggal di kolong meja lagi. 

Hari berikutnya surat balasan datang. Kali ini isi surat balasan mengajak berkenalan. Oknum memperkenalkan namanya Firman (awalnya hanya Firman yang berkenalan). Hari selanjutnya teman-temannya ikut nimbrung. Mereka menamakan group: Fourth Funny Boys (bikin cirambay makk nama groupnya, mereka pikir boys band kali yak, wkwkwk), terdiri dari: Firman, Hasan, Ari, dan Harlan.

(Google)
Emak lupa berapa lama kami balas-balasan surat kolong. Hingga suatu hari sekonyong-konyong seseorang masuk ke dalam kelas emak. Kakak kelas tiga, menyerahkan lembar hvs pada guru yang sedang mengajar di kelas emak. Kakak kelas tersebut menggunakan topi merah terbalik ala raper Eminem, wajahnya arab bule semacam itu lah. Setelah menyerahkan lembar hvs, dia menoleh dan tersenyum pada Netta dan emak. Emak sedikit heboh senggol-senggol Netta dengan siku setelah kakak kelas tersebut berlalu sambil berbisik, "Ganteng Net". Teman belakang kami (sekarang beliau menjabat bupati di tanah kelahiran emak) notice dan berucap "cieee cieee".

Netta bilang, kalau kemungkinan kakak kelas ala Eminem yang masuk ke kelas kami itu salah satu member (membeerr makk) Fourth Funny Boys. Tak lama kemudian diketahui kalau namanya Hasan. Hasan bukan yang coret-coret buku tulis Netta. Tapi si Hasan ini benar-benar tukang tebar pesona, flirting, dan playboy. Dari keempat membernya, si Hasan ini yang paling rajin menyapa dan senyum ke Netta dan emak kalau berjumpa (jarang banget tapi berjumpanya makk, lha wong mereka pulang, kami baru masuk sekolah). Tapi diantara kami berdua, emaklah yang paling ke-ge-er-an. 

Firman, yang biasanya dipakai tameng sebagai pengirim surat, ternyata orangnya paling pendiam diantara empat member lainnya.

Ari, sobat kentalnya Hasan, yang paling akrab dengan Hasan. Sepertinya mereka juga sebangku. Orangnya paling tinggi diantara member lainnya. Ganteng. Tapi sudah punya pacar. Pacarnya teman seangkatan emak, kelas sebelah. Dan kebetulan pacarnya itu teman emak semasa SD, Wika namanya, tapi emak nggak mau tegur sapa dengan dia. Track record-nya buruk di memori emak. Jaman SD, Wika suka bercerita kebohongan-
kebohongan. Setelah SMU, Wika masuk gank anak-anak populer dan jadi sombong (kalau dilihat dari  sudut kacamata emak).

Harlan, ketua kelas. Orangnya ngebodor. Sepertinya meskipun menjabat sebagai ketua kelas, orangnya juga senang bercanda. Badutnya member seperti itu-lah (emak malah curiga Harlan-lah oknum pencoret-coret buku Netta, oknum duet bersama Hasan, duo H kematian!).

Suatu hari, Hasan tiba-tiba mengajak emak dan Netta kenalan face to face di depan kelas. Saat itu kondisi seperti apa kok tiba-tiba Hasan mengajak kami ketemuan. Mungkin lewat surat kolong mengajak ketemuannya. Jaman itu belum banyak yang bawa handphone ke sekolah. Fasilitas chat pun hanya berupa short message service (sms). 

Hari itu saat face to face, kami berdiri saja di depan Hasan sementara Hasan menjabat tangan kami sambil duduk di depan koridor kelas. Sangat tidak sopan kalau menurut emak, harusnya ia juga berdiri saat bersalaman. Tapi sudah lah.

Obrolan basa-basi, sampai akhirnya Hasan bertanya salah satu teman sekelas kami. Dini namanya. Hasan ingin berkenalan dengan Dini. Sudahlah emak panggilkan Dini. Setelah Hasan dan Dini bertemu, mereka berkenalan. Emak tinggalkan mereka berdua di koridor kelas. 

Disitu emak sadar. Kalau emak dan Netta hanya sebagai batu loncatan saja. Sebagai batu loncatan untuk berkenalan dengan Dini. Dini yang sangat cantik dan populer tapi tidak sombong. 

Tapi emak hanya tersenyum dalam hati. Biar saja Hasan berurusan dengan Syahrir pacar Dini. Teman sekelas emak juga. Syahrir yang terkenal berani tawuran jika ada yang berani mendekati kekasihnya. 

Sejak berhasil berkenalan dengan Dini. Surat kolong meja berhenti. Sudah tidak ada surat-suratan lagi dengan Fourth Funny Boys lewat kolong meja. Hidup Netta damai, lain halnya emak. Emak patah hati dan kecewa (alamaakk. Yang dapat surat siapaa, yang patah hati siapaaa makk. Wkwkwk).

* * *

Saat emak kuliah. Pernah sekali emak berjumpa dengan Hasan di masjid besar dekat komplek dinas orang tua emak. Sepulang sholat terawih. Kami sempat ngobrol sebentar. Ternyata Hasan menunggu pacarnya. Pacarnya satu komplek dengan komplek rumah orang tua emak, tapi blok yang belakang, sementara ortu emak di bagian depan (di komplek dinas itu, blok depan atau belakang sesuai dengan jabatannya. Mungkin Hasan kaget kalau ortu emak tinggal di blok bagian depan. Nyesal gak tuh Hasan? Wkwkwk).

Selepas lulus kuliah baru emak tahu dari Dania, dia ini anak oom-nya emak yang tinggal satu komplek di perumahan dinas tersebut. kalau sahabat Dania yang namanya mirip dengan emak, pernah berpacaran dengan Hasan. What a small world, diketawain karena baru tahu jaman SMU emak pernah suka Hasan, wkwkwk.

No comments: