"Kamu memang menarik, tapi terlalu cepat bagiku"By Romeo
Jaman saya sekolah SMP dan SMA dahulu, actor hollywood yang lagi booming-booming nya yaitu Leonardo DiCaprio. Seingat saya actor satu itu ganteng nya nggak tertandingi. Bikin ciwi-ciwi abegeh berandai andai punya kekasih macam om Leo *lol.
Salah satu film nya yang bikin saya klepek klepek bukan titanic (di film itu om Leo sudah kelihatan agak dewasa), tapi Romeo and Juliet. Di film itu, menurut saya om Leo masih agak "polos" dan lebih langsing.
Pertamakali saya jumpa dirinya, ketika itu saya ikut ujian susulan di kelasnya. Saat itu saya duduk di bangku depan sebelah kanan, sementara dirinya duduk di bangku paling belakang. Saat itu tanpa sengaja saya menoleh ke belakang. Selama sekian detik kami saling memandang, terpesona (andaikan adegan ini dalam drama musikal pasti jadi adegan slowmotion disusul mengalun lagu "terpesona" nya Glen Fredly *wakakak). Dari awal jumpa itulah, saya baru tahu, ternyata Romeo benar-benar ada dalam dunia nyata *gubrak.
(Seperti inilah si mamas Romeo ketika itu dalam benak saya, wkwkwwk) |
Meskipun dia jenis mahkluk misterius, tapi penggemar Romeo lumayan banyak. Dikatakan pendiam, tidak juga, toh teman se-gank nya banyak (weits, meskipun dia pengendara motor balap, tapi tidak ikutan genk motor seperti Dilan lho *karena mungkin Romeo jenis mahkluk cemen), tapi kalau dikatakan banyak omong ya tidak juga.
Karena saking gandrung nya saya pada Romeo (bahasanya itu lho "gandrung") sering saya curahkan lewat goresan tangan yang terangkum dalam sebuah buku (ribet amat, diary maksudnya *wkwkwk). Dalam diary itu sering saya pinjamkan pada kawan sekelas, si Tia dan Ida. Karena gemes gemes sama saya, akhirnya Tia yang memulai sebuah ide. Ia hendak mencomblangkan saya dengan Romeo. Dengan muka tebal, Tia sok kenal dengan Romeo. Dimulai dengan mencari data lengkap Romeo: alamat, nomer telepon, tanggal lahir, jumlah saudaranya, dan sebagainya. Muka tebalnya makin menebal saat Tia berani menelepon rumah Romeo. Saat itu yang mengangkat telp ibu Romeo, tapi yang bersangkutan sedang tidak di rumah. Saat Tia mau memutus sambungan berkata: "Terimakasih tante, nanti saya telephon lagi", si ibu Romeo menjawab: "saya bukan tante nya, saya ibu nya"... *wkwkwk, mohon dimaklumi orang pedalaman mungkin ya.
Singkat cerita akhirnya kami saling kenal. Tapi yang terlihat agresif bukan saya atau dia, tapi si mak comblang. Si Tia yang berinisiatif mengundang Romeo ke rumah saya. Pakai cara kirim surat kalau tidak salah ingat, karena saya dapat balasan surat plus bergambar Sinchan *nepok jidat.
Hari yang ditunggu kedatangannya ke rumah, ternyata ia tak kunjung datang, ketika di telephon si Tia ternyata Romeo keluar kota atas mandat orangtuanya (hingga keesokan harinya saya mendapat balasan surat tersebut lewat perantara satpam sekolah *wkwkwkwk).
Yang ditunggu siapa, lhadalah yang datang siapa... Romeo yang ditunggu tak datang malah yang datang si Slam *dulu rasanya ingin nangis, tapi kalau diingat sekarang ingin ketawa ngakak saya, wkwkwk.
Siapa si Slam?
Dialah penggemar saya ketika jaman SMP. Jelaslah saya ogah, tapi dasar hasyeem teman-teman saya malah senang menjodoh jodohkan saya dengan Slam *wkwkwkwk.
Akhirnya, saya yang sudah pesan si mbak masakkan makan siang lezat buat si Romeo, eeh malah si Slam yang menikmati... Jelaslah si Slam besar kepala begitu ibu saya mengajak nya makan siang. Kata Slam, "Makasih banyak ya Ica, aku main ke rumahmu malah dijamu makan siang", ingin rasanya waktu itu saya cekokin jamu brotowali buat si Slam, wkwkwk
Si mbak yang penasaran berat pada Romeo jadi melongo begitu si Slam datang, trus bisikin saya, "Itu tah mbak, Romeo nya??" Wkwkwk, benar-benar apes saya mah..
Rasa kecewa saya akhirnya terbayar. Suatu malam kalau tidak salah ingat bertepatan dengan hari valentine, Romeo datang ke rumah.
Si mbak yang membukakan pintu jadi heboh begitu masuk rumah, "mbak ada tamu, laki-laki, orangnya tinggi kurus, teman mbak apa bukan?"
Saya tanya ganteng apa enggak? Dijawab si mbak, "gak tahu mbak, lampu teras remang-remang", bhakakaka.
Lalu saya bukakan pintu ruang tamu. Tampaklah sesosok menjulang dalam keremangan plus dirubung nyamuk karena kelamaan tunggu saya ganti baju dulu sebelum membukakan pintu. Sekian detik saya terpana, bagaikan mimpi, ternyata benar sesosok Romeo datang ke rumah.
"Maaf waktu itu aku nggak bisa datang, maaf juga nggak sempat kirim kabar", begitu katanya lempeng. Datang ke rumah tanpa membawa apa-apa. Seikat bunga kek atau sekuntum mawar merah tanpa duri kek atau bahkan sekedar bunga tujuh rupa *wkwkwkwk. Datang pun tidak seorangan, dia bawa obat nyamuk seorang mamas gondes (gondrong ndeso) yang entah saya tidak tahu namanya.
Sewaktu itu rasanya haibat gitu, bisa mendatangkan seorang Romeo ke rumah saya. Berasa satu point lebih unggul dibanding penggemar Romeo lainnya. Malah si Tia sengaja mengeraskan suara saat bercerita supaya penggemar Romeo di kelas kami pada mendengar *kalau dipikir sekarang hal begini tidak penting banget ya...
Waktu bergulir dan pesona Romeo samakin terkikis oleh waktu (seharusnya ganti judul: "Pudarnya Pesona Romeo") sekaligus saya merasa Romeo telah menolak saya melalui suratnya ia menuliskan sebait kata, "Kamu memang menarik, tapi terlalu cepat bagiku".. *saya pun ketika itu menyanyikan bait pertama lagu Ahmad Dani "Hancur hatiku mengenang dikau menjadi keping-keping setelah kau pergi"...
Ketika jaman sekolah dahulu, saking seringnya bertepuk sebelah tangan setiap patah hati karena seseorang sangat cepat move on tetapi anehnya selalu dilanjut ke cerita bertepuk sebelah tangan lainnya. Sudah biasa saya mah...
Sekarang justru saya syukuri yang artinya saya tidak punya mantan pacar, alhamdulillah...
Kabar terakhir ini setahu saya, si Romeo sudah menikah dan ternyata isterinya teman sekolah adik sepupu saya. Sangat oriental wajah isterinya membuat saya terheran-heran, "kalau memang suka tipe oriental kenapa dahulu tidak mau dengan saya ya?". Pun demikian sahabat saya berpendapat, "Kurang oriental kek gimana lagi dikau?". Wkwkwk, tiada apa-apa kalau kata anak saya.
*cerita ini benar adanya tanpa saya rekayasa, cuma sengaja saya buat dengan bahasa kacau bin koplak, karena saya ingin menjadikan setiap kisah cinta monyet dalam hidup saya menjadi sebuah lelucon untuk dikenang. Seringnya saya ceritakan kembali pada abi sembari tertawa lepas sebagai bahan lelucon kami berdua, sayang kalau hanya kami simpan berdua biarlah menjadi sebuah bacaan ringan untuk dinikmati semua orang. Cmiww
No comments:
Post a Comment