Tuesday, November 3, 2015

Pelan tapi Dalem, "mak jlebb" Kata Orang

Weekend kemarin kami sekeluarga berkunjung ke rumah kenalan. Rumah kenalan kami ini tidak jauh dari tempat tinggal kami, namun berada di daerah cluster dan elit. 

Setibanya kami di rumah kenalan, saya celingukan, ternyata ia tinggal di perumahan baru yang kiri kanan tetangganya belum ada penghuni. 

"Lho? Belum punya tetangga toh dik?", tanya saya begitu si empunya rumah membuka pintu.

"Belum mbak, cuma ada satu, tetangga belakang rumah"

Perumahan tempat tinggal kenalan kami ini, saya suka. Halaman belakang antara rumah satu dan lainnya yang bersinggungan tidak dibatasi tembok melainkan ada jarak yang berfungsi sebagai jogging track. Halaman depan tanpa pagar namun halaman belakang yang berbatasan dengan jogging track diberi pagar. Menarik menurut saya.



"Apa nggak sepi ya?", lanjut saya tanya.

"Sepi sih...."

"Kayaknya biar nggak sepi, buru-buru cari pasangan deh"

Ada jeda. Kenalan kami ini tercekat. "Mak Jlebb" gitu lah kata orang-orang. 

"Adduuhh... pelan tapi daleeemmm", begitu jawab dia kemudian.

Kenalan kami ini seorang Pria cukup umur, tahun depan memasuki kepala tiga. Ia bekerja di perusahaan besar dengan karir yang menjanjikan. Sudah punya rumah beserta perabotannya. Mobil pribadi juga sudah ada. Dilihat dari fisik, dia lumayan tampan dan berkulit putih. Kriteria seperti apa yang dia cari?

Pun ketika kami melihat halaman belakang rumahnya, ia mendapat kalimat mak jlebb lagi dari saya.

"Wah, halaman belakang lumayan luas nih, bisa dibikin taman"

"Iya sih, tapi nggak sempet nyiramnya entar"

"Nahh, makanya buruan cari pasangan, siapa tahu bisa bantu ngerawat taman"

"....", speechless dia. "Aduh, baru tahu saya kalau mbak ini setiap ngomong itu pelan tapi daaaaleeem, mak jlebb"

Sesampainya di rumah saya tanya suami, saya khawatir perkataan saya menyinggung hati sanubarinya yang terdalam. Kata suami tenang saja kenalan kami itu orangnya enakan. Di kantor ia malah biasa dibecandain lebih extreem lagi.

Syukurlah kalo begitu. Saya khawatir perkataan saya bakal menyinggung.
Entah, sejak dahulu perkataan saya demikian. Pelan tapi dalem, menohok tepat sasaran. Ada keluarga yang bilang perkataan demikian itu judes, ketus, dan sebagainya yang berkesan negatif. Namun sebagian berkata itu hal yang positif karena bisa membangun seseorang dengan sindiran halus dan tidak terlalu satir.


No comments: