Baru saya melangkahkan kaki keluar pagar, tiba-tiba dari arah belakang ada sebuah mobil melaju pelan. Pikir saya, saya menghalangi laju mobil, karena dari arah berlawanan ada mobil parkir.
Saya berjalan menepi, mobil tersebut malah berhenti dengan kaca jendela sebelah kiri di buka tampak seorang ibu-ibu yang menyetir. Si pengendara menyapa saya. Saya sempat berfikir sejenak, apa saya mengenal si pengendara?
Ternyata beliau menawarkan tumpangan pada saya, karena satu jalur keluar ke jalan besar. Sepertinya beliau familiar dengan saya atau merasa iba melihat saya panas-panas berjalan kaki dengan menggendong anak. Saya menaksir, beliau tetangga satu perumahan namun beda blok. Kebetulan jalan rumah saya salah satu jalur utama keluar ke jalan besar, jadinya jalan rumah saya tidak pernah sepi lalu lalang kendaraan.
Dengan halus saya tolak. Bukan merasa takut diculik, namun karena 'sungkan'. Dua kali beliau manawarkan tumpangan dengan halus dan sopan pada saya, namun tetap saya tolak halus. Akhirnya mobil tersebut melaju.
Subhanallah, berkali-kali saya keluar ke kantor PDAM sejak mengandung sampai anak saya lahir baru kali ini ada yang berbaik hati menawarkan tumpangan pada saya. Sering saya jumpa ibu-ibu mengendara mobil berpapasan atau sewaktu memarkir mobil di ruko hanya melihat saya dengan iba tanpa menawarkan tumpangan, jangankan menawarkan tumpangan sekedar basa-basi menyapa saja tidak. Saya merasa tinggal di sebuah kota kecil yang egois dan cuek! Beda dengan saat tinggal di Malang :)
Mengapa saya keluar hanya dengan berjalan kaki?
Kami sekeluarga merantau di sebuah kota industri. Ketahuilah, disini minim transportasi umum. Angkot sangat jarang lewat. Ojek berada jauh diujung jalan, jika saya memanggil ojek harus jalan dan jarak jalan ke pangkalan ojek dengan ke kantor PDAM sama. FYI, meskipun di kota perantauan kami ada Mercure Hotel, namun taxi tidak ada. Miris. Kendaraan pribadi ada, namun kendaraan kami cuma ada satu dan saat jam kerja dipakai suami ke kantor. Maka saya memilih jalan jalan siang dengan kepanasan :)
PS: sekedar curhatan nggak penting, semoga tahun depan dibelikan motor matic sama suami :p
Aamiin...
Subhanallah, berkali-kali saya keluar ke kantor PDAM sejak mengandung sampai anak saya lahir baru kali ini ada yang berbaik hati menawarkan tumpangan pada saya. Sering saya jumpa ibu-ibu mengendara mobil berpapasan atau sewaktu memarkir mobil di ruko hanya melihat saya dengan iba tanpa menawarkan tumpangan, jangankan menawarkan tumpangan sekedar basa-basi menyapa saja tidak. Saya merasa tinggal di sebuah kota kecil yang egois dan cuek! Beda dengan saat tinggal di Malang :)
Mengapa saya keluar hanya dengan berjalan kaki?
Kami sekeluarga merantau di sebuah kota industri. Ketahuilah, disini minim transportasi umum. Angkot sangat jarang lewat. Ojek berada jauh diujung jalan, jika saya memanggil ojek harus jalan dan jarak jalan ke pangkalan ojek dengan ke kantor PDAM sama. FYI, meskipun di kota perantauan kami ada Mercure Hotel, namun taxi tidak ada. Miris. Kendaraan pribadi ada, namun kendaraan kami cuma ada satu dan saat jam kerja dipakai suami ke kantor. Maka saya memilih jalan jalan siang dengan kepanasan :)
PS: sekedar curhatan nggak penting, semoga tahun depan dibelikan motor matic sama suami :p
Aamiin...
No comments:
Post a Comment