Copet Kalah Wibawa

Saya ingat cerita seorang sahabat beberapa tahun yang lalu. Kira-kira kisah ini terjadi pada tahun 2006, saat kami masih seru-serunya kuliah. Ialah Ndur sahabat saya yang bercerita pengalaman pribadinya. Siang itu Ndur dari kos-kosannya di daerah Karang Menjangan Surabaya hendak pulang ke kampung halamannya di Gresik dengan naik angkutan umum. Rutinitas seperti ini sudah biasa ia lakoni setiap akhir pekan pulang kampung. Dari Karmen (Karang Menjangan) ia oper angkot lin ijo jurusan Bunder Gresik di depan JMP (Jembatan Merah Plaza). Pangkalan angkot depan JMP terkenal dengan pangkalan para “copet” (Hati-hati pada sobat sekalian yang hendak jalan-jalan ke Surabaya naik kendaraan umum dan oper angkot di daerah JMP).

Pangkalan angkot depan JMP

Depan JMP

Siang itu Ndur duduk di bangku cadangan menghadap pintu. Tanpa sengaja ia melihat orang laki-laki di samping seorang ibu berlagak hendak mencopet. Ibu tersebut duduk di samping pintu, artinya tak berhadapan persis dengan sahabat saya. Ibu tersebut memangku tas tangannya dengan posisi retsleting di sisi kanan, sedangkan pencopet duduk di sebelah kanan si ibu.

Si Ndur yang tengah asyik mendengarkan ipod merasa terusik dengan gelagat lelaki tersebut dan ia mengamati terus upaya aksi pencopetan itu. Tanpa sengaja mata mereka bertatapan, si copet yang merasa tidak leluasa mencopet menyeletuk, “Lapo ndelok aku!” (*ngapain lihat aku!), dijawab si Ndur, “Lha lapo ndelok kon! Aku lho ngrungokno ipod!” (*lha ngapain lihat kamu! aku lho dengerin ipod!)

Tak lama kemudian ibu tersebut (si calon korban) turun. Si Ndur sempat adu pelototan dengan si copet. Sebelum turun sahabat saya sempat berpesan pada ibu lain di sampingnya, “Awas bu, ada copet”, lalu ia turun. Rupanya si copet tidak terima atas upaya Ndur menggagalkan aksi pencopetannya tersebut, ia gagal dapat ’rezeki’ hari itu. Setelah Ndur turun, dari atas angkot si copet mangancam, “Awas kon!” (*awas kamu!), Ndur nggak mau kalah membalas,“Urusan opo kon karo aku!” (*Urusan apa kamu sama aku!), dan angkotpun melaju membawa serta copet itu

Saya surprised mendengar cerita Ndur. Selama saya mengenalnya, ia adalah sosok yang kalem dan lemah lembut, tak menyangka saya dengan berani Ndur menggagalkan aksi pencopetan. Ternyata copet kalah wibawa setelah berhadapan dengan sahabat saya yang satu ini. Lalu saya bertanya padanya, “Kok berani kamu melawan copet, kalo aku jadi kamu wis deg-degan dulu!”. Ndur menjawab, “Aku juga deg-deg-kan! Tapi dipikiranku cuma satu, gimana caranya ibu itu jangan sampai kecopetan seperti aku!”. Memang benar sebelumnya ia pernah kecopetan 2 handphone sekaligus di angkot! Pengalaman pahitnya inilah yang membuat keberanian timbul.

Semoga pengalaman pahit Ndur tidak terulang pada saya dan readers sekalian. Tulisan ini saya ikut sertakan dalam Kontes Blog berbagi Kisah Sejati yang diselenggarakan oleh Anazkia dan disponsori oleh denaihati (semoga tidak terlambat saya mengikut sertakan tulisan yang satu ini)

(gambar diambil disini)