Sunday, January 4, 2009

GIE




Entah mengapa saya begitu suka film GIE dan buku-nya. Saat film tersebut diputar di bioskop saya kuliah semester 4, saya jadi ingat, saat itu saya nonton dengan teman saya Rohmanita ’Arsitek’ satu-satunya teman yang mau nonton GIE karena tidak ada satupun teman saya yang mau nonton film berat macam GIE. Berikut adalah kutipan untaian kata dalam film GIE, keluar
saat adegan terakhir dalam film...

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah.
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza.


Tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku.
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu.
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi.


Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang.
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra.


Tapi aku ingin mati di sisimu, manisku.
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya.
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu.

Mari sini sayangku.
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung.
Kita tak pernah menanamkan apa-apa, kita tak’kan pernah kehilangan apa-apa.


Sedangkan ini saya kutip dari bukunya...

...Sebuah Tanya...
akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui


apakah kau masih berbicara selembut dahulu
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
Sambil membenarkan letak leher kemejaku


(kabut tipis pun turun pelan-pelan
di lembah kasih, lembah mendalawangi
kau dan aku tegak berdiri
melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)


apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika kudekap kau
dekaplah lebih mesra, lebih dekat


(lampu-lampu berkerlipan di Jakarta yang sepi
kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya
kau dan aku berbicara
tanpa kata, tanpa suara

ketika malam yang basah
menyelimuti Jakarta kita)

apakah kau masih akan berkata
kudengar derap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta


(hari pun menjadi malam
kulihat semuanya menjadi muram
wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara
dalam bahasa yang kita tidak mengerti
seperti kabut pagi itu)

manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan
dan harapan-harapan
bersama
hidup yang begitu biru


*Buat kang Eldi sang penggemar sastra, masihkah kau suka dengan puisi-puisi GIE? :)

No comments: