Sunday, June 28, 2020

Kerja Dimana? (Pertanyaan Klasik Masa Lalu)

Saya sudah lama tidak menulis cerita kenyinyiran saya di masa lampau. Kisah ini sudah terjadi bertahun tahun silam semasa galau saya masih singelillah a.k.a bujang.

Begini ceritanya..

Dahulu, semasa saya belum menikah. Saya bercita cita menjadi enterpreneur. Maka saya memang benar hanya punya sekelumit pengalaman kerja kantoran.

Mungkin orang bilang saya "pemalas" (kalau dipikir pikir benar juga sih, bhakakak). Saya paling malas disuruh suruh dan berurusan dengan detline kerjaan. Apalagi kerjaan yang terlalu underpreasure tapi gaji tidak sepadan. Katakanlah dibawah UMR untuk ukuran gaji masa itu. Dimana lulusan desainer tidak dihargai di surabaya. Maka saya ogah ogahan setiap disuruh cari pekerjaan. 

Terkadang pikiran saya begini, "Toh orang perempuan bakal jadi istri. Buat apa perempuan bekerja kalau ada suami yang mencari nafkah?"

Tapi kenyataannya mak, orang tua lelaki jaman itu rata rata ingin punya menantu pekerja kantoran.

Oke, saya ingin cerita sebelumnya bahwa saya tidak pernah punya pacar. Catat mak. TIDAK PERNAH PUNYA PACAR.
Bagi saya, pacaran itu buang duit dan waktu. Saya tidak mau waktu saya terbuang dengan aktifitas PACARAN. 

Banyak orang yang mengatakan saya tolol karena tidak punya pacar bagaimana bisa ketemu jodoh?
Bahkan mencari suami yang ingin beristri kan ibu rumah tangga. Banyak yang berkata "saya tidak masuk akal" dijaman begini.

Baiklah. Hingga suatu saat saya berjumpa dengan seorang bapak. Sebut saja Pak alim budiman namanya. Beliau ini tetangga satu komplek di perumahan dinas tempat ortu saya tinggal jaman dulu. Pak Alim punya seorang anak bujang sepantaran saya, iyes teman seangkatan semasa sekolah dasar yang masa itu anaknya pernah mem bully saya. Anak pak Alim ini pun juga satu almamater semasa kuliah.

Selepas kuliah, sering tanpa sengaja jumpa di kegiatan komunitas keagamaan. Bahkan juga tanpa sengaja ikut kursus bahasa asing satu kelas yang hanya berisikan tiga orang. Sempat berfikir, mungkin dia jodoh saya? 😂

Hingga lama tak bersua. Orang tua saya selepas pensiun pindah ke kota malang. Saya pun ikut serta. 
Saat sudah di malang. Sahabat saya sejak EMP menikah. Dia mengundang saya untuk datang ke acara resepsi pernikahannya yang artinya saya harus kembali ke kota tempat saya dibesarkan.

Saat datang ke acara resepsi sahabat saya. Tanpa sengaja saya kembali berjumpa dengan pak Alim Budiman dan anak bujangnya di pesta itu. 
Pak Alim sumringah saat melihat saya. Beliau yang pertama kali menghampiri saya saat saya mengobrol dengan anak bujang nya. Pertanyaan pertama yang beliau lontarkan ialah, "sudah kerja dimana?"
Saya melihat ekspresi tidak enak anak bujangnya saat pak Alim bertanya begitu pada saya. Beliau menyambung, "anak saya sudah bekerja di bank (menyebutkan bank swasta)" ,dengan nada antusias dan bangga.

Dengan masam saya menjawab, "belum kerja pak, saya cuma wiraswasta kecil kecilan saat ini"
Ekspresi kecewa terlihat nyata di wajah beliau. Anak bujang nya pun sersirat tak enak dengan saya.

Entah bagaimana ceritanya kami berpisah di resepsi sahabat saya itu. Hingga lama tak kunjung kabar. Akhirnya saya menikah terlebih dahulu dan keluarga saya mengundang pak Alim Budiman untuk datang ke resepsi pernikahan saya di Malang. Beliau datang dan tentu saja ditemani anak bujangnya.

Saat resepsi saya, anak bujang beliau tersirat kesedihan di wajahnya sewaktu bersalaman di atas panggung resepsi. Sampai suami saya penuh tanda tanya, siapa dia dalam kehidupan saya? Hahahaha

Obrolan saya dan suami baru berlanjut saat kami telah memiliki seorang anak. Baru saya jelaskan ke suami, siapa gerangan anak bujang pak Alim Budiman. Saya sampai penasaran tanya suami, "memang terlihat sedih begitu di wajah anak pak alim?" Jawaban suami iya. Kata suami terlihat jelas kesedihan diwajah anak bujang pak Alim saat bersalaman dengan saya. Saya memang merasa ketika itu, cuma saya kira pikiran saya saja. Ternyata suami pun melihatnya.

Sampai sekarang saya tidak tahu bagaimana kehidupan rumah tangga anak pak Alim. Secara socmed tidak pernah di ekpose. Hanya hobi yang dia posting.

Saya masih tidak habis pikir dengan pikiran orang tua yang mengharapkan menantu perempuan nya pekerja kantoran. Sebagian besar kalau saya amati orang tua macam begini jaman dahulu yang bekerja hanya si ayah saja. Entah apa yang ada didalam pikiran mereka?
Tidak semua memang. Mama mertua saya dahulu ibu rumah tangga yang fokus mendidik anak anaknya. Tapi beliau pun tak mengharapkan menatu perempuan atau anak2 perempuan beliau pekerja kantoran.

Setiap orang beda pemikiran dan mind set.




No comments: