Monday, May 24, 2010

Rahasia Rezeki Allah

Saya mendapat informasi dari Inuel mengenai Lomba Menulis Kisah Sejati dari blog mbak Anazkia yang disponsori oleh denaihati (Sebelumnya saya pernah membaca buku berjudul "100 Kisah Luar Biasa dari Orang-Orang Biasa" yang ditulis oleh Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia. Buku tersebut sangat berpengaruh terhadap hidup saya, serupa buku "Chicken Soup" namun dikemas secara Islami). Lomba Menulis Kisah Sejati berlangsung dari tanggal 7 Mei 2010 - 7 Juni 2010. Berkat dorongan dari Inuel setiap kami jumpa di chat room, akhirnya saya mencoba berpartisipasi menulis sebuah Kisah Sejati berikut ini. Bismillahirohmannirohim...


Rezeki Datangnya Pagi Hari
"Rezeki itu datangnya dari langit, maka dari itu jangan suka bangun siang agar rezeki nggak dipatuk ayam", begitu nasihat orang-orang Jawa yang sering saya dengar dari orang tua dan sesepuh keluarga. Ketika kecil, ibu saya sering bercerita dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anaknya, "Burung-burung liar yang berkicau dipagi hari itu, pagi-pagi mereka sudah bangun mencari makan. Mengapa harus pagi? Karena rezeki datang dipagi hari melalui buah-buah yang ranum baru matang di pohon, belum busuk jatuh ke tanah karena tiupan angin".

Saya yang kala itu masih kecil belum jua paham dengan penjelasan ibu, apa kaitannya burung-burung tersebut dengan bangun pagi? Lalu ibu bercerita lagi, "Coba lihat orang-orang berjualan di pasar sejak pagi buta, karena pembeli datang pagi hari ingin mendapat buah, sayur, dan ikan yang masih segar. Agak siang buah dan sayur mulai layu, ikan mulai mengeluarkan bau amis yang menyengat. Rezeki pedagang pasar tradisional ada di pagi hari, karena siang hari dagangan mereka tak laku". Hingga suatu hari saya yang saat itu masih kecil diajak ibu berbelanja ke pasar dini hari. Saya melihat sebuah realita seperti ibu ceritakan, pagi buta para pedagang sudah ramai melakukan transaksi jual-beli, rezeki itu datangnya pagi hari.

Ketika saya kuliah, jadwal mata kuliah tidak tentu, tidak seperti jaman sekolah yang setiap hari masuk pagi. Jadwal kuliah kadang siang, kadang pukul tujuh pagi. Hal tersebut membuat malas seorang mahasiswa yang katanya calon generasi penerus bangsa itu bangun pagi jika ada mata kuliah siang. Bagai pahlawan kesiangan saja ibaratnya, dialah saya, usai sholat subuh saya tidur lagi. Tapi akhirnya saya malu sendiri. Semasa kuliah saya menumpang di rumah nenek, nenek saya yang berusia hampir 80 tahun sangat rajin. Sebelum subuh beliau sudah bangun, begitu azan subuh berkumandang beliau ambil wudlu lalu sholat subuh, usai sholat beliau siap-siap berangkat senam ke Gedung Wanita yang berjarak 1 km dari rumah dengan berjalan kaki pulang-pergi! Rutinitas ini beliau lakoni hampir setiap hari (kecuali hari Sabtu dan Minggu beliau mengaji di mushala kampung). Subhanallah, hingga hampir usia 80 tahun nenek saya sehat walafiat, jarang sakit. Rezeki bukan hanya berupa materi, sehat jasmani rohani pun rezeki, semua rezeki itu datangnya pagi hari dari Allah SWT.

Nikmatnya Berbagi Rezeki
Saya banyak belajar arti berbagi rezeki dari seorang ibu, sebut saja Bunda Langit namanya. Bunda Langit adalah single parent yang mempunyai seorang anak laki-laki yang saat ini tengah menempuh semester akhir perkuliahan. Jalan hidup bunda Langit sungguh berliku, namun dibalik semua itu beliau banyak belajar hikmah kehidupan.

Pertengahan tahun 2005, bunda Langit pindah ke Surabaya menemani anak semata wayangnya yang mulai kuliah di salah satu PTN. Hingga saat ini beliau tinggal di rumah saudaranya yang telah bertahun-tahun kosong, rumah beliau di daerah Probolinggo dikontrakkan. Di Surabaya, bunda Langit hidup pas-pasan. Meskipun setiap bulan saudaranya turut membantu keuangan, namun biaya hidup di metropolitan yang lebih mahal dibanding kota kecil membuat bunda Langit memutar otak dalam mengelolah keuangan. Untuk menu makanan sehari-hari bunda Langit mengolah sendiri dari dapur, karena lebih hemat dibanding beli makanan di luar. Dalam hal dapur beliau berprinsip: "halal, bersih, sehat, dan enak". Makanan enak tidak harus mahal bukan? Dengan pengolahan yang tepat, Tahu dan Tempe bisa menjadi menu makan sehari-hari yang enak!

Pelajaran pertama yang saya dapat dari beliau mengenai berbagi rezeki adalah Suatu hari kala siang terik matahari seolah membakar ubun-ubun, bunda Langit kedatangan tamu di depan rumahnya. Tamu tersebut seorang peminta-minta bersama anaknya, ia minta sedekah. Sebelumnya bunda Langit baru saja bercerita bahwa uang bulanan mulai menipis. Pikir saya bunda Langit pasti akan memberi pengemis tersebut uang receh, tapi ternyata saya salah! saat kembali keluar bunda Langit membawa sekantong kresek berisi beras. Ketika saya tanya bunda Langit menjawab: "Saya memang sedang tidak ada uang, tapi saya masih punya beras yang bisa saya sedekahkan pada yang lebih membutuhkan". Subhanallah.. saya sangat malu mendengar kata-kata bunda Langit. Dalam pikiran saya masih terpatri bahwa sedekah itu berupa uang, padahal setiap ramadhan zakat fitrah berupa beras 2,5 kg bukan? Saya beristigfar pada Allah.

Ada satu lagi pelajaran yang saya dapat dari bunda Langit. Bahwa berbagi rezeki bukan hanya pada manusia, tetapi pada semua makhluk hidup ciptaan Allah. Setiap ada sisa nasi, beliau selalu meletakkan di halaman samping. Diletakkan tercecer begitu saja. Kembali saya bertanya dan beliau menjawab: "Sisa nasi itu sayang kalau dibuang, biarkan tercecer begitu nanti juga burung-burung liar akan memakannya. Tak ada salahnya berbagi rezeki untuk burung-burung liar itu". Kembali saya menyebut kebesaran Allah.

Namun ada satu hewan yang sangat beliau benci karena trauma masa lalu, bunda Langit sempat membenci kucing. Bukan dikarenakan suka mencuri ikan, tapi kucing peliharaan beliau yang mati mengenaskan dahulu. Suatu ketika bunda Langit mendengar anak kucing mengeong di lapangan samping rumah. Karena tidak tega beliau menyuruh anak semata wayangnya mengambil anak kucing tersebut untuk diberi makan dan minum. Anak kucing yang masih sebesar kepalan tangan pria dewasa itu cacat, salah satu bola matanya tidak ada (mungkin itu salah satu alasan kucing mungil tersebut ditelantarkan). Karena tidak tega akhirnya bunda Langit membiarkan anak kucing itu untuk sementara dirawat dan tinggal di teras rumah, kelak kucing beranjak dewasa akan dilepas. Namun beranjak dewasa kucing cacat itu semakin cantik. Bunda Langit yang semula membenci kucing jatuh hati dibuatnya. Karena kucing tersebut perempuan, lalu diberilah nama "Gendhuk" atau "Nduk".

Lagi-lagi pikiran kotor saya berkelebat terhadap tindakan beliau, "Bukankah kucing itu gemar makan ikan, ayam, daging. Akan diberi makan apa Gendhuk yang mulai dewasa dan menghabis banyak jatah makan sedangkan hidup bunda Langit pas-pasan?". Dan pikiran kotor saya terjawab, bunda Langit tidak pernah kekurangan karena Gendhuk. Beliau yang empat tahun terakhir mulai menerima jahitan dan pesanan kue atau nasi seperti saat di Probolinggo dulu, tidak pernah sepi pelanggan. Selalu ada pesanan setiap harinya. Terngiang saya akan ajaran: "Rezeki itu ibarat tanaman. Apabila ada daunnya yang bersemi kita potong, maka akan tumbuh dua cabang baru yang bersemi".

Melalui pelajaran yang saya dapat dari bunda Langit, perlahan-lahan saya mulai belajar berbagi rezeki untuk sesama. Bukan dilihat dari besar kecilnya tapi dilihat dari keiklasan. Pelajaran yang saya dapat dari pengalaman pribadi adalah ketika hati sedih berbagi rezeki lah pada yang membutuhkan maka hati ini akan bahagia, dan ketika hati bahagia tetaplah berbagi rezeki pada yang membutuhkan maka hati ini akan berlipat bahagianya. Subhanallah, Maha Suci Allah atas segala limpahan karuniaNya...

19 comments:

inuel said...

berbagi tak pernah rugi, Salut buat nenek dan Bunda langit mba..

mba sudah nulis, aku yang belom hehe, eh iya mba wiendha kalo ngga salah tanggal 26 besok deh :D, buruan ikutannnnnnnn haha

kang ian said...

wah semoga menang y kontesnya ^^
saya ikutan juga gak yah hihi
pengen sih nyari idenya dulu :)
makasih y
salam kenal

Anazkia said...

Subhanallh... Sungguh indahnya berbagi.

Salam ukhuwah, Mbak.

Btw, ini mana si Inuelnya, ngomporin orang, tapi dia sendiri belum ikutan...??? Nanti saya pentungin dialah hehehe...

Makasih sudah berpartisipasi.

aura pelupa said...

Subhanallah pelajaran berharga buat kita semua, berbagi bisa apa saja tanpa menunggu kesuksesan atau kaya!

nuansa pena said...

Subhanallah, kaya hati itulah tujuan hidup kita! Sukses untuk anda dan lombanya!

ndutyke said...

jika bersedekah, insyaallah kita ga akan pernah menjadi kekurangan karenanya. justru rejeki kita yg akan ditambah. rejeki pun ga harus dalam bentuk uang kan?

kesehatan.
memiliki pekerjaan (wlo gaji ga setinggi gaji anggota DPR).
keharmonisan hubungan keluarga/ suami-istri.

dll.

insyaallah.

Ninda Rahadi said...

semoga rezekinya ngga lupa kita sisihkan untuk orang yang membutuhkan ;)

UuL said...

:) hoo ikut lomba ya :D
semangaatt ^^

Anonymous said...

Kisah yang mengajak kita untuk berfikir dan merenung. Terima kasih, mbak! Salam kenal (juga).

Rita Susanti said...

Subhanallah, terima kasih Ica sudah berbagi, sangat dalam makna yang terkandung pada kisah itu...Semoga berbagi cerita ini juga bagian dari sodaqoh ya...

Itja Soerjo said...

Mari mari, yang mau berbagi sodakoh komen di sini.. thank you ^^

Elsa said...

semoga menang ya
kisahnya bagus tuh
menggugah

dan semoga bisa memberi inspirasi bagi banyak orang

Unknown said...

moga menang ya.

kang ian said...

pengen ikutan sih..bentar lagi yah waktunya :)

Ica Puspita (de bolokurowo) said...

Lomba ditutup tgl 7 Juni 2010, buruan yang ingin ikutan lomba ^^

Sriayu said...

Salam kenal kembali. Wise postingan Ica. Semoga sukses kontesnya. Memang berbagi itu tdk pernah rugi. Bukankah Sharing is Fun..? he he he..

Salam kreatifitas
Keep intouch..!

yansDalamJeda said...

Hmmm...indahnya berbagi. Bahwa apa yang kita miliki adalah anugerah dari Nya.

catatan kecilku said...

Terima kasih sudah berbagi kisah yg luar biasa.. Aku jadi ikut mengambil pelajaran berharga dari Bunda Langit.
Selamat mengikuti lomba.., semoga berhasil ya.

Brian said...

maaf baru membalas komentarnya mbak, terimakasih atas penilaiannya itu sangat memberi saya semangat dan Alhamdulillah naskah aku masuk 25 besar, salam kenal ica puspita dari brian sang Newbie